BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan
Intelektual
Dalam proses belajar mengajar yang menekankan
konstruksi pengetahuan, kegiatan utama yang berlangsung adalah berpikir atau
mengembangkan keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi
pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan keterampilan intelektual untuk mengembangkan suatu eksplanasi.
Keterampilan intelektual adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk
memecahkan masalah. Dalam proses pembelajaran, pengetahuan bersumber dari materi
subyek.
Elaborasi terhadap materi subyek dilakukan menurut
aturan intelektual yang elemennya adalah keterampilan intelektual (Siregar,
1998 dalam Farida, 2009). Keterampilan intelektual dapat menunjukkan bagaimana
guru mengorganisasikan materi subyek secara logis. Pengorganisasian materi
subyek dilaksanakan berdasarkan jenis-jenis tindakan wacana yang dilakukan guru
selama proses pembelajaran. Berikut ini klasifikasi keterampilan intelektual
menurut D’Angelo (dalam Farida, 2009) sebagai berikut:
1.
Deskripsi, cara untuk menyampaikan atau menggambarkan
obyek secara keseluruhan dengan kata-kata yang akurat dari umum ke khusus
(spesifikasi dan karakterisasi). Kata-kata yang digunakan menyusun gambaran obyek
tersebut dalam kesatuan logika yang utuh meliputi ukuran, bentuk dan elemen
pembentuk.
2.
Definisi, merupakan suatu deskripsi abstrak atau
penggambaran secara konseptual suatu istilah atau obyek. Definisi adalah suatu
cara berpikir dalam batasan-batasan tertentu. Mendefinisikan berarti membuat
batasan terhadap suatu obyek dan menyatakan inti sifat alaminya.
3.
Klasifikasi, kemampuan dasar aktivitas mental untuk
mengelompokkan gagasan-gagasan dan obyek-obyek sejenis.
4.
Komparasi, kemampuan melihat adanya
persamaan-perbedaan.
5.
Analogi, kesimpulan logika yang didasarkan pada alasan
adanya kesamaan pada beberapa obyek.
6.
Eksemplifikasi, suatu usaha untuk menggambarkan suatu
prinsip umum, pernyataan atau hukum dengan menyebutkan suatu contoh yang lebih
spesifik.
7.
Sebab akibat, merupakan dua kata yang saling
berhubungan, dimana salah satu akan selalu menerangkan yang lain. Sebab adalah
sesuatu yang akan menimbulkan akibat dan bertanggung jawab terhadap timbulnya
suatu tindakan, kejadian, kondisi atau hasil. Akibat adalah hasil dari suatu
sebab yang dapat berupa kerja atau tindakan.
8.
Proses, merupakan rangkaian dari tingkah laku,
perubahan langkah atau operasi yang menghasilkan suatu fakta akhir atau hasil.
9.
Analisis, suatu proses untuk membagi sesuatu yang
kompleks menjadi unit-unit yang lebih sederhana yang dilakukan secara sistematis.
10. Pemecahan masalah, pemberian solusi terhadap
persoalan yang dihadapi dengan menggunakan dasar pengetahuan yang telah
dimiliki.
Muslich (2007) mengatakan, ”bahwa sebagaimana tubuh kita mempunyai
struktur tertentu agar dapat berfungsi, pikiran kita juga mempunyai struktur
yang disebut skema atau skemata. Skema adalah struktur mental atau kognitif
yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan berorganisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Skema juga biasa disebut sebagai konsep, gambaran
atau kategori dalam diri manusia yang terjadi ketika manusia menggunakan panca
inderanya. Gambaran tersebut akan semakin berkembang dan lengkap sesuai dengan
tingkat kedewasaan manusia”.
Gagne mengatakan (dalam Slameto, 2003), “kemampuan intelektual adalah
manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol–simbol”.
Kemampuan belajar cara inilah yang disebut “kemampuan intelektual”, misalnya
membedakan huruf m dan n, menyebut tanaman yang sejenis.
Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang
yang meliputi, deskripsi, klasifikasi, definisi, komparasi, analogi,
eksemplifikasi, sebab akibat, proses dan analisis, serta pemecahan masalah.
B. Metode
Diskusi
1. Pengertian Metode Diskusi
Metode
diskusi tidak sekedar perdebatan antar murid atau perdebatan antara guru dan
murid. Juga diskusi tidak hanya terdiri dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan menerima jawabannya. Diskusi ialah usaha seluruh kelas untuk mencapai
pengertian di suatu bidang pembelajaran, memperoleh pemecahan bagi sesuatu
masalah, menjelaskan sebuah ide, atau menentukan tindakan yang akan diambil.
Menurut
Kiranawati (2007), metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan
oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem
dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau
memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Roestiyah N.K
(2008) mengatakan, “metode diskusi adalah salah satu tehnik belajar mengajar
yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi, dan memecahkan masalah. Dapat terjadi juga semuanya
aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja”.
- Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode diskusi. (Suparlan, 2007).
a.
Mengatur meja dan kursi siswa agar siswa dapat
berhadap-hadapan atau bertatap muka. Sulit berdiskusi hanya dengan punggung.
b.
Tentukan prosedurnya, sehingga para siswa bisa dengan
cepat menyesuaikan untuk bergabung dalam kelompok besar atau kemudian membentuk
kelompok kecil tanpa membuang-buang waktu.
c.
Melibatkan siswa untuk memilih topik atau tajuk yang
akan didiskusikan.
d.
Menentukan pemimpin diskusi.
e.
Saran kepada pemimpin diskusi untuk dapat mengaktifkan
siswa yang pasif.
f.
Guru memberi arahan agar kelas dapat menyepakati
aturan-aturan tertentu misalnya, berbicara secara bergiliran, tidak bicara
lama-lama, menyatakan pandangan, tidak agresif dan memberikan kesempatan pada
peserta lain untuk ambil bagian.
g.
Memberikan arahan.
h.
Evaluasi, misalnya:
1)
Tingkat partisipasi.
2)
Mutu partisipasi
3)
Evaluasi dalam aspek pengetahuan (tes hasil belajar).
- Kelebihan-Kelebihan dan Kelemahan-Kelemahan dari Metode Diskusi.
Kelebihan-kelebihan
dari metode diskusi:
a.
Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide,
gagasan-prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
b.
Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
c.
Memperluas wawasan.
d.
Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah.
Kelemahan-kelemahan
dari metode diskusi:
a.
Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan
waktu yang panjang.
b.
Tidak dapat dipakai pada kelompok besar.
c.
Peserta mendapat informasi yang terbatas.
d.
Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara
atau ingin menonjolkan diri.(Djamarah, 1995).
C. Pengetahuan Sosial
1. Pengertian
Pengetahuan Sosial
Pengetahuan
sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan
(Kurikulum, 2004). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi dan
Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta
warga dunia yang cinta damai (Permen, 2006).
Di
masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena
kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena
itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata
pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.
Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman
yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Pendidikan
IPS adalah suatu program pendidikan yang memilih bahan pendidikan dari disiplin
ilmu-ilmu sosial dan humaniti, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pendidikan (Wesley, dalam Darsono, 2007).
Secara
ideal, Kosasih Djahiri (1993) mengkonsepsikan program pendidikan IPS yang: (a)
secara kognitif melatih dan membekali anak didik dengan conceptual-knowledge yang layak, kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah yang cukup; (b) secara metacognitive-awareness
and skills membekali kemampuan penalaran dan belajar yang luas; (c) secara
moral-afektual membina perbekalan tatanan nilai, keyakinan dan keadilannya
maupun pengalaman dan kemampuan afektual siswa; dan (d) secara sosial membina
ketegaran akan harga diri dan self-concept
serta kemampuan melakukan interpersonal
relationship.
Tiap
unsur kelompok pengetahuan dalam pendidikan IPS terdiri dari fakta, konsep,
generalisasi, dan teori (Banks dalam Darsono, 2007). Pengajaran pendidikan IPS
diharapkan dapat menolong murid untuk mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan
untuk mengenal dan memecahkan problem, menganalisis, menentukan nilai,
menyampaikan pendapat dan membuat keputusan yang rasional, sehingga dapat
membantu dalam memecahkan problema.
2. Tujuan Pengetahuan
Sosial
Mata
pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a.
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
b.
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
c.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan.
d.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan
global. (Kurikulum, 2004).
Terdapat
beberapa orientasi pendidikan IPS yang sebenarnya dari waktu ke waktu akan
berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yaitu:
a.
Menanamkan etika sosial, dengan mengupayakan peserta
didik agar berprilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku,
seperti berkelakuan baik, berani membela kebenaran dan keadilan, bekerja sama,
suka menolong dan sebagainya.
b.
Orientasi nilai disiplin ilmu yang dapat memperkuat
orientasi pertama tadi. Dalam orientasi ini, ilmu-ilmu variabel-variabelnya,
dengan hukum-hukumnya, sehingga terjadi peristiwa sosial tertentu.
c.
Orientasi keterampilan teknik dan partisipasi sosial
dalam kehidupan sosial di tempat mereka berada. Dari praktek kehidupan nyata
itulah siswa belajar lebih jauh, sehingga akhirnya mereka lebih adaptif
terhadap kehidupan yang senantiasa berubah.
d.
Orientasi kemampuan memecahkan masalah dan berinovasi
yang diperlukan setelah siswa mampu
berpartisipasi aktif. Mereka mampu berinovasi dalam memperbaiki kualitas
hidupnya, bahkan juga masyarakatnya ke arah yang lebih baik (Somantri, 1993).
3.
Fungsi Pengetahuan Sosial
Pengetahuan
sosial di SD/MI berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan
keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
(Kurikulum, 2004)
Adapun
fungsi pendidikan IPS di SD ialah mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan
dan kebanggaan terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga
masa kini.
Berdasarkan
spesifikasi pengertian hasil belajar pendidikan IPS, fungsi dan tujuan
pendidikan IPS tersebut nampak betapa bidang studi pendidikan IPS di SD
merupakan bidang studi yang penting. Untuk mencapai tujuan yang amat strategis
tersebut tentu dibutuhkan upaya inovatif dalam proses belajar mengajar.
- Konsep IPS di Indonesia
Menurut
Solihatin dan Raharjo (2005) konsep IPS di Indonesia adalah sebagai berikut:
a.
Interaksi
Interaksi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga manusia
harus mampu melakukan interaksi dengan pihak lain. Interaksi dapat dilakukan
dengan secara verbal maupun nonverbal. Di dalam interaksi harus memiliki
setidaknya tiga unsur, yaitu komunikator (orang yang melakukan komunikasi),
komunikan (orang yang dijadikan sasaran atau objek), dan informasi (bahan yang
dijadikan komunikasi dan interaksi).
b.
Saling Ketergantungan
Setiap orang dapat dipastikan memerlukan orang lain, meskipun hanya untuk
berinteraksi sejenak. Oleh karena itu, manusia harus menghargai manusia
lainnya, sebab baik secara langsung atau
tidak langsung seseorang akan memerlukan bantuan dari orang lain.
c.
Kesinambungan dan Perubahan (Continuity and Change)
Sejumlah nilai, simbol dan kebiasaan yang lahir dari satu generasi
senantiasa dipelihara dan disosialisasikan kepada generasi berikutnya, meskipun
terjadi pembaharuan dan perubahan, tetapi inti dan muatan nilai, simbol dan
kebiasaannya pada umumnya tetap diteruskan secara berkesinambungan.
d.
Keragaman/Kesamaan/Perbedaan
Terjadinya keragaman, perbedaan dan kesamaan adalah karena setiap
individu menginginkan keberadaan dirinya (eksistensinya).
e.
Konflik dan Konsensus.
Konflik dan konsensus sering terjadi di masyarakat bahkan bisa terjadi di
dalam diri sendiri. Konflik dan konsensus
dapat dilihat pada contoh peristiwa G 30 S/PKI yang merupakan konflik
dan melahirkan konsensus yang terkenal
pada tahun 1966.
f.
Pola (Pattern).
Pola dapat diartikan sebagai suatu corak, model atau bentuk yang sama
yang ditiru, yang terulang dan bersifat repetitif. Setiap pribadi maupun
masyarakat memiliki pola hidup sendiri.
g.
Tempat (Lokasi)
Setiap mahluk hidupbaik biotik maupun abiotik pasti akan menempati ruang
dan lokasi.
h.
Kekuasaan (Power)
Kekuasaan (Power) adalah
kemampuan membuat orang lain melakukan sesuai dengan yang dikehendaki.
Kekuasaan memiliki tiga elemen utama, yaitu pengaruh (influence), wewenang (authorithy),
dan kekuatan (force).
i.
Nilai kepercayaan
Nilai, simbol, dan lambang adalah sesuatu yang berharga dan memiliki
karakteristik tertentu. Nilai (value)
merupakan keyakinan yang dipegang dan dilaksanakan dari generasi ke generasi
secara turun-temurun dipelihara.
j.
Keadilan dan Pemerataan
Keadilan dan pemeratan merupakan dua permasalahan yang tidak akan pernah
hilang dari pandangan setiap orang. Keadilan merupakan dambaan setiap orang.
Adil berarti menempatkan “sesuatu” pada tempatnya. Keadilan akan lebih mudah
dirasakan dengan jalan melakukan pemerataan.
k.
Kelangkaan (Scarcity)
Apabila permintaan bertambah dan jumlah barang terbatas maka harga akan
naik. Sebaliknya apabila permintaan berkurang dan jumlah barang melimpah maka
harga akan turun (teori ekonomi). Maka
akan menyebabkan kelangkaan barang.
l.
Kekhususan (Specialization)
Dalam perkembangan hidup dewasa ini pola hidup telah lebih mengarah pada
hal-hal yang khusus (spesifik).
m.
Budaya (culture)
Budaya yang ada di Indonesia
jika merupakan kebudayaan yang baik haruslah dipertahankan, jika tidak maka
harus dihilangkan.
n.
Nasionalisme.
Nasionalisme merupakan sense
atau rasa cinta yang ada pada setiap warga negara terhadap negaranya.